Posted by : Unknown
Senin, 20 Januari 2014
Telecommuting
atau Telework adalah model atau perjanjian kerja di mana karyawan memperoleh
fleksibilitas bekerja dalam hal tempat dan waktu kerja dengan bantuan teknologi
telekomunikasi.
Dengan
kata lain, kegiatan bepergian ke kantor atau tempat kerja digantikan dengan
hubungan telekomunikasi. Dengan sistem ini, banyak karyawan yang pada akhirnya
bekerja di rumah, sementara lainnya, yang lazim disebut pekerja nomaden (nomad
workers) atau web commuters menggunakan teknologi komunikasi untuk bekerja dari
kafe atau tempat lain yang nyaman bagi mereka. Telework, di sisi lain,
merupakan istilah yang bermakna lebih luas lagi. Telework merujuk pada
penggantian segala bentuk teknologi telekomunikasi yang terkait dengan
pekerjaan-yang-perlu-bepergian, yang pada akhirnya mengurangi hambatan jarak
dengan telecommuting. Seseorang yang ber-telecommuting biasa disebut dengan
“telecommuter”. Motto yang sering didengungkan oleh para telecommuter adalah
“pekerjaan adalah sesuatu yang kita lakukan, bukan dan bukan tujuan bepergian.”
Agar
telecommuting dapat berjalan dengan baik, diperlukan gaya manajemen yang baik,
yang didasarkan dan ditujukan pada hasil, bukan pengamatan yang mendetil dari
masing-masing karyawan secara individual. Hal ini menunjuk pada manajemen
berbasis tujuan (management by objectives) yang bertolakbelakang dengan
manajemen berbasis observasi (management by observation). Istilah telecommuting
dan telework sendiri mulai berkembang pada tahun 1973. Penggagasnya bernama
Jack Nilles.
Statistik
Telecommuting
Di
Amerika Serikat, diperkirakan lebih dari lima puluh juta karyawan (kurang lebih
40% dari keseluruhan populasi dapat bekerja dari rumah, setidaknya untuk
beberapa hari dalam seminggu hari kerja). Pada tahun 2008, hanya 2,5 juta
karyawan (di luar angka wirausahawan) menganggap rumah sebagai tempat utama
melakukan pekerjaan dan bisnisnya.
Telecommuter
musiman—orang-orang yang bekerja dari tempat yang jauh (meski tak selalu dari
rumah)—di Amerika Serikat hingga tahun 2008 mencapai angka 17,2 juta orang[6].
Hingga
kini, sangat sedikit perusahaan yang mempekerjakan sebagian besar karyawannya
dari rumah sehari penuh. Perkecualian perlu diberikan pada industri call center
yang mempekerjakan ribuan pekerja rumahan. Bagi mayoritas karyawan, pilihan untuk
bekerja di rumah dilihat sebagai sebuah keuntungan; kendati sebagian besar
mereka tidak setiap hari dalam seminggu melakukannya.
Pada
tahun 2009, Kantor Manajemen Personil melaporkan sekitar 102.000 karyawan
Federal melakukan telework. Hingga tiga tahun berikutnya, baik sektor publik
maupun swasta, menurut pembuat kebijakan Teknologi Informasi di Amerika Serikat
memprediksi adanya peningkatan telework hingga 65% untuk sektor publik dan 33%
untuk sektor swasta atau privat.
Teknologi
Gagasan
telecommuting berawal mula pada berkembangnya teknologi era 1970-an awal yang
dapat menyambungkan kantor-kantor satelit ke perkotaan dan perumahan dengan
dumb terminals dari saluran telepon sebagai jembatan jaringan (network bridge).
Penyusutan biaya yang signifikan dan peningkatan performa serta kegunaan dari
komputer pribadi menyebabkan desentralisasi lebih lanjut, dengan memindahkan
kantor ke rumah-rumah. Pada tahun 1980 awal, kantor-kantor cabang dan pekerja
rumahan dapat terhubung dengan perusahaan inti dengan menggunakan komputer
pribadi dan emulasi terminal.
Ihwal
telework jarak jauh, proses ini difasilitasi oleh groupware, jaringan virtual
privat, panggilan konferensi, video conferencing dan VoiceoverIP (VoIP). Akan
sangat efisien dan bermanfaat bagi perusahaan manakala karyawannya
diperbolehkan bekerja dengan jarak jauh. Hal ini membuat perusahaan bisa
menekan pengeluaran dan mendapat pemasukan. Sebagaimana koneksi internet saat
ini sudah menjadi sangat jamak di masyarakat, semakin banyak karyawan memiliki
bandwidth yang memadai di rumah untuk digunakan sebagai sarana penghubung
mereka dengan fasilitas intranet kantor dan jaringan telepon internal.
LAN
yang diadopsi mempromosikan keterbagian sumber daya, dan komputasi server-klien
membuat lebih banyak lagi desentralisasi. Kini, telecommuters bisa menggunakan
laptop bersama mereka untuk bekerja, baik di kantor maupun di rumah (dan hampir
mungkin, di segala tempat). Meroketnya komputasi awan (cloud computing) dan
ketersediaan teknologi Wi-Fi kian mempermudah akses ke server yang jauh melalui
kombinasi dari hardware dan software yang bisa digunakan di mana saja.
Keuntungan
Aplikasi
telecommuting menawarkan keuntungan yang besar bagi komunitas, karyawan, dan
perusahaan. Bagi komunitas, telecommuting memungkinkan pengerjaan yang lebih
utuh dan penuh (dengan meningkatkan kemampuan bekerja di lingkungan yang dekat,
khususnya bagi mereka para orang tua yang bekerja di rumah, para penjaga,
penyandang cacat, dan penduduk yang tinggal di tempat yang sangat jauh),
mengurangi kemacetan dan kemungkinan kecelakaan, melegakan lalu lintas,
mengurangi jumlah gas rumah kaca (GRK), menghemat bahan bakar, mengurangi
penggunaan energi, memperbaiki kesiapan bencana, dan mereduksi target
terorisme.
Namun,
untuk perusahaan, telecommuting bisa memperluas dan mengembangkan bakat
karyawan, mengurangi atau menghambat penyebaran penyakit, mereduksi biaya,
meningkatkan produktivitas, dan mengurangi jejak keluaran karbon dan penggunaan
energi, serta menawarkan metode yang terjangkau untuk melaksanakan Americans
with Disabilities Act (ADA) tahun 1990, mengurangi pergantian dan absensi,
memperbaiki moral karyawan, menawarkan kesinambungan operasionalisasi strategi,
meningkatkan kemampuan karyawan untuk menangani pekerjaan melewati batas waktu,
dan menguatkan kemampuan adaptasi budaya karyawan. Pekerja telework tetap dapat
menghemat pengeluaran hingga USD 20.000 per karyawan.
Guna
telecommuting bagi individu, antara lain menciptakan keseimbangan antara
bekerja dengan pekerjaan rumah dengan lebih baik, mengurangi pengeluaran
karbon, menekan penggunaan bahan bakar, menciptakan libur baru dari 15 hingga
25 hari setahun, dan menghemat sekitar USD 4.000 hingga USD 21.000 per tahun
untuk keperluan bepergian dalam kepentingan pekerjaan. Ketika harga bahan bakar
diasumsikan rata-rata USD 3 per galon, karyawan yang rata-rata bekerja 5 hari
dalam seminggu menghabiskan sekitar USD 138,8 per bulan hanya untuk biaya bahan
bakar. Bilamana 53% dari seluruh pekerja kerah-putih tersebut bekerja telework
selama 2 hari dalam seminggu, maka secara kolektif mereka melakukan penghematan
9,7 galon bahan bakar dan USD 38,2 milyar setahun.
Telecommuting
paruh-waktu dengan pekerjaan yang tepat (40%) dan keinginan untuk melakukannya
(79%) akan menyelamatkan dan banyak membantu perusahaan, komunitas, dan
karyawan lebih dari USD 650 milyar per tahunnya. Ini merupakan hasil dari
peningkatan produktivitas, berkurangnya pengeluaran kantor, menurunnya absensi
dan pergantian, berkurangnya aktivitas bepergian untuk kepentingan pekerjaan, berkurangnya
kebutuhan perbaikan jalan, konsumsi bahan bakar semakin berkurang dan berbagai
penghematan lainnya.
·
Dari Sisi
Lingkungan
Telecommuting
mulai mendapat perhatian di Amerika Serikat setelah pada tahun 1996 dikeluarkan
amandemen Clean Air Act yang ditujukan untuk mengurangi karbon dioksida dan
perbaikan ozon hingga 25%[14]. Perjanjian tersebut meminta perusahaan mendorong
karyawannya mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, lebih memilih kendaraan
umum, mempersingkat hari kerja dalam seminggu, dan melakukan telecommuting.
Pada tahun 2004, agen-agen negara Federal Amerika Serikat mendorong
implementasi telecommuting. Akan tetapi, peraturan tersebut terancam sebab agen
Federal tak dapat menyediakan pilihan-pilihan telecommuting bagi seluruh
karyawan.
Jika
40% populasi penduduk Amerika Serikat memiliki pekerjaan yang dapat dilakukan
dengan telecommuting dan mau bekerja di rumah untuk hampir separuh dari total
waktu kerjanya maka:
Negara
dapat menghemat 280.000.000 barel (atau sekitar 45.000.000 m3) bahan bakar
minyak (setara dengan 37% impor minyak dari Teluk).
Lingkungan
dapat lebih terjaga dan terselamatkan dengan menarik sekitar 9 juta kendaraan
secara permanen dari jalan.
Potensi
energi yang didapat dari penghematan penggunaan bahan bakar jika dijumlahkan
akan setara dengan dua kali sediaan energi terbarukan Amerika Serikat saat ini.
·
Kepuasan Karyawan
Fleksibilitas
telework merupakan keuntungan tambahan yang diinginkan karyawan. Riset Robert
Half International Financial Hiring Index pada tahun 2008, yang mensurvei 1.400
CFO menemukan 13% responden menganggap telework sebagai insentif perekrutan
terbaik saat ini untuk akuntan profesional[16]. Pada survei sebelumnya, 33%
menganggap telework sebagai insentif perekrutan terbaik dan separuh (50%)
menganggap telework sebagai insentif perekrutan terbaik kedua.
Permasalahan
yang Mungkin Timbul
·
Kekhawatiran
terbesar terkait telecommuting adalah: ketakutan akan kehilangan kontrol; 75%
manajer menyatakan mempercayai karyawannya, namun sepertiganya mengaku perlu melihat
kinerja karyawannya untuk memastikan segalanya baik-baik saja.
·
Hambatan yang
menghambat gagasan telecommuting terus tumbuh adalah ketidakpercayaan terhadap
karyawan dan ketidakterhubungan personal di antara para karyawan.
·
Telecommuting,
bagi sebagian orang dilihat sebagai sebuah pelengkap dari bekerja di kantor dan
bukan kegiatan utama.
·
Masalah keamanan
juga perlu diperhatikan ketika mengimplementasikan telecommuting. Pada tahun
2006 terdapat kasus pencurian laptop salah seorang anggota departemen Federal
Amerika Serikat. Meski anggota departemen tersebut bukan seorang telecommuter,
kasus ini memunculkan kekhawatiran bekerja di luar tempat kerja. Sembilan puluh
persen eksekutif menganggap telecommuting sebagai satu konsep yang sangat
kurang dalam hal keamanan. Para eksekutif pun mempermasalahkan pekerjaan kecil
yang dibawa dan dikerjakan di luar kantor oleh para non-telecommuter karena
kurangnya pelatihan, alat, dan teknologi yang mereka miliki.
·
Beberapa manajer
mungkin melihat telecommuting akan menurunkan performa kerja karyawan di
bulan-bulan awal, sebab mereka harus menyesuaikan diri dengan kondisi kerja
yang baru. Menurunnya kinerja karyawan saat melakukan telecommuting juga diduga
diakibatkan oleh kurang memadainya fasilitas perkantoran di luar kantor. Dapat
dikatakan hampir 70 menit setiap harinya di kantor akan dihabiskan dengan
gangguan, bolak-balik ke tempat foto kopi, dan gangguan lainnya. Meski
demikian, di sisi lain produktivitas telecommuter meningkat. Lebih dari dua
pertiga karyawan dilaporkan mengalami peningkatan produktivitas manakala
ber-telecommuting. Hasil survey CompTIA terhadap 212 pekerja dari berbagai
sektor (Oktober, 2008).
·
Manajer lapangan
tradisional umumnya tak terbiasa dengan hasil. Hal ini menyebabkan hambatan
yang serius bagi perusahaan yang berupaya mengadopsi telecommuting di
kantornya. Tanggung jawab dan kompensasi pekerja akan menjadi masalah utama
pula. Perusahaan-perusahaan yang akan mengadopsi telecommuting hendaknya
memeriksa masalah hukum lokal, isu-isu persatuan, dan hukum wilayah.
Telecommuting pun memerlukan pelatihan dan pengembangan yang mencakup evaluasi,
simulasi program, pertemuan tim, materi tertulis, dan forum. Pembagian
informasi harus diselaraskan dengan kantor virtual dan proses penyelesaian
konflik harus dikembangkan. Dukungan operasional dan administratif perlu
didesain ulang untuk mendukung lingkungan kantor virtual. Fasilitas-fasilitas
pun perlu ditinjau dan dikoordinasikan dengan baik. Kesimpulan manajer untuk
mengimplementasikan telecommuting pada organisasi adalah untuk menerapkan
pendekatan yang bertujuan “mengevaluasi, mengedukasi, mengorganisasi, dan
menginformasi para karyawan”.
·
Bekerja secara
telecommuting juga dapat berdampak negatif pada karir seseorang. Survei terkini
terhadap 1.300 eksekutif di 71 negara mengindikasikan gagasan telecommuting
tidak terlalu didukung. Karyawan yang lebih sering bekerja dengan telecommuting
akan kurang dipromosikan dalam pekerjaaannya. Perusahaan tidak akan
mempromosikan seseorang hingga seseorang tersebut secara konstan terlihat dan
dapat diukur performanya.